Jumat, 18 Oktober 2013

GEMBALA YANG PEDULI

1.      Pendahuluan

Kitab Yehezkiel merupakan salah satu kitab dalam Perjanjian Lama yang berasal dari zaman pembuangan sekitar tahun 593-571 SM.Kitab Yehezkiel menggambarkan tahapan baru dari nubutan Israel. Yehezkiel adalah seorang nabi yang dipanggil dan diperintahkan Tuhan untuk memberitakan Firman keselamatan melalui nubuatan guna menghibur dan menguatkan umat Israel yang berada di dalam pembuangan Babel. Di mana umat itu sedang menghadapi pergumulan yang sangat berat, pergumulan itu adalah sulitnya beribadah kepada Tuhan dan sebagai warga Negarapun kebebasaNnya dibatasi. Mereka diwajibkan untuk menyembah kepada dewa-dewa dan tidak mendapatkan keadilan dan keamanan dari raja (negara). maka umat tersebut berputus asa dan sangat menderita dalam menjalani kehidupannya sehari-hari di tanah pembuangan tersebut. Dan di dalam keputusasaan bangsa itu ada juga yang mau tunduk dan beribadah kepada dewa-dewa di Babel, terlebih di kalangan para imam dan pemimpin Israel mereka bukan meneguhkan dan mengembalakan umatnya malah menyesatkan dan menindasnya sehingga lahirlah paham sinkritisme yang membuat umat Israel menjadi tambah menderita. Di dalam situasi yang demikianlah Allah memanggil Yehezkiel agar hadir dan tampil di tengah-tengah umat itu untuk menyatakan rencana Allah bagi mereka. Sesuai dengan namanya Yehezkiel yang memiliki arti “Allah menguatkan”, suatu nama yang membawa harapan dan dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan Israel di tanah pembuangan.

2.      Penjelasan Nas

Ayat 11-16. Di dalam Yeh. 34, Allah menyatakan diriNya sebagai gembala atas umatNya. Konteks dari Yeh. 34 adalah para pemimpin umat Israel waktu itu tidak melakukan peran dan tanggungjawabnya selaku gembala. Mereka justru mengeksploitasi umat dengan mengambil, merampas atau memanfaatkan harta milik umat untuk kepentingan diri. Di Yeh. 34:3-4, Allah menegur para pemimpin umat Israel yaitu: “Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman”. Jadi para pemimpin umat Israel tidak memerankan tugasnya selaku seorang gembala yang dipanggil untuk  melindungi dan menjaga umat; mereka juga memanfaatkan umat gembalaannya sekedar obyek pelengkap dan korban pemuas keinginan diri mereka. Akibatnya umat Allah menjadi orang-orang yang teraniaya dan terserak, karena mereka saling mencari perlindungannya masing-masing.  Dalam situasi demikian, Allah segera bertindak dengan mencari umat yang hilang dan tercerai-berai, mengumpulkan mereka satu-persatu, memberikan rumput dan pembaringan yang subur dan mengobati mereka yang terluka. Yang jelas dalam tindakan dan karyaNya tersebut, Allah menampilkan diri sebagai Tuhan yang membela setiap orang yang lemah dan menderita. Namun juga Tuhan tetap berlaku adil, sehingga mereka yang gemuk dan yang kuat tetap berada dalam perlindunganNya. Allah menampilkan diri bukan hanya menjadi Tuhan penyelamat atas orang-orang yang miskin dan tidak berdaya, tetapi juga Dia adalah Tuhan bagi setiap orang yang kaya dan sehat namun hidup benar. Di dalam Yeh. 34:16, Allah berfirman: “Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya”. Dengan demikian yang dimaksud dengan umat gembalaan Allah bukan hanya tertuju kepada orang-orang miskin yang menderita, tetapi juga kepada setiap orang yang hidup sehat dan sejahtera.
Ayat 17-19. Menyatakan bahwa Allah adalah Gembala yang Agung, gembala bagi umat Israel dan para gembala (pemimpin Israel). Allah akan menjatuhkan hukuman kepada umat yang tidak setia dan gembala-gembala yang tidak melakukan tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Allah menghakimi mereka dengan adil. Sesuai dengan apa yang telah di lakukannya yaitu dengan menghabiskan padang rumput yang hijau dan mengnjak-injaknya dan juga meminum air yang jernih, sehingga air itu pun menjadi keruh. Hal ini berarti kekuatan, kejayaan prilaku semena-mena dari para gembala yang tidak bertanggung jawab itu akan berakhir, dan Allah sendiri akan mengkahirinya. Ia akan menjadi hakim diantara gembala-gembala. Itu berarti Ia akan menyatakan kesalahan dan membela kebenaran, bahkan Ia sendiri bertindak sebagai penolong. Daud adalah gembala Israel yang dijanjikan akan membawa pemulihan bagi Israel, dan pemulihan yang mengarah pada kesempurnaan hidup itu terus akan terjadi melalui karya Kristus yang lahir dari keturunan Daud (bd. Pslm 89:5,21,30; Yer. 23:5-6). Janji penyertaan dan pemulihan ini diberikan semata-mata karena bangsa Israel adalah domba-domba Allah, atau milik Allah. Ia tidak akan menelantarkan umatNya.

3. Refleksi.

Sikap yang paling menonjol dari sifat seorang gembala adalah memberi perlindungan kepada domba-dombanya dari serangan binatang buas seperti serigala atau beruang. Hal yang kedua adalah membimbing atau menggiring dombanya ke tempat dimana ada rumput yang banyak. Kemudian gembala memberi minum kepada domba-dombanya. Dan yang terakhir gembala menggiring domba-dombanya kembali masuk ke dalam kandang untuk beristirahat (bd. Maz. 23). 
Pertolongan dan kepeduliaan Allah sebagai seorang Gembala untuk melepaskan umatnya dari ketidak adilan dan ketertindasan menandakan bahwa bumi ini penuh dengan kasih setia TUHAN. Siapakah Gembala itu. Dalam Yoh. 10:11, Yesus mengatakan : Akulah gembala yang baik, gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. Yesus telah mati di kayu salib dan telah bangkit untuk menebus dosa-dosa manusia.Yesus adalah gembala dan kita adalah domba-domba-Nya. Sebab itu bagi kita yang percaya kepada Yesus maka kita akan mendapatkan apa yang diberikan oleh seorang gembala kepada domba-dombanya yaitu perlindungan, bimbingan, dan keselamatan. Sebagai Gembala Yang Baik, Yesus memenuhi tiga ciri ini yakni: Pertama, memberikan nyawa untuk domba-domba. Kedua, mengenal mereka dan mereka mengenal Dia. Ketiga, mengusahakan persatuan semua kawanan domba (bdk. Yoh 10). 

Maka jelas kalau Yesus mengatakan Gembala Yang Baik berbeda dengan orang upahan. Orang upahan cenderung mengutamakan kepentingan diri. Orang upahan sama sekali tidak peduli akan kesulitan dan tantangan, tetapi Gembala Yang Baik bersedia mengorbankan hidup-Nya untuk manusia dan menyelamatkan yang tersesat. Amin.