Orang
sakit kerap kali berkeluh kesah, lebih-lebih kalau sakitnya sudah cukup
lama. Yang cukup berat, kalau kondisi tubuhnya merosot pelan-pelan.
Karena itu, keluh kesah, kekecewaan, putus asa, marah, tidak mau lagi
berdoa, menumpuk menjadi satu. Tidak hanya yang sakit yang mengalami hal
itu, tetapi juga keluarganya. Kemungkinan besar, mereka pun ikut hanyut
dalam situasi itu.
Salah satu bentuk Pelayanan Pastoral kepada
mereka yang sedang dalam kelemahan fisik atau sakit adalah melakukan "Perlawatan Pastoral" kepada mereka, baik yang dirawat di rumah maupun di
rumah sakit. Inti perlawatan pastoral adalah kita menjadi teman bagi
orang yang sedang sakit dan menjadi rekan bagi keluarga pasien.
Bantuan-bantuan yang bisa kita berikan adalah sebagai berikut :
1. Kunjungan Penyembuhan.
Maksudnya
melakukan suatu fungsi penyembuhan "holistik", dalam bentuk kesediaan
kita untuk duduk di samping pasien dan mendengarkan dia mengungkapkan
perasaan, keluhan, kemarahannya di hadapan kita. Singkatnya, kita
menjadi media katarsis baginya atau tempat "mencurahkan hati" dari
berbagai keluh-kesahnya.
2. Penguatan.
Maksudnya
mendampingi pasien atau keluarga yang merasa mendapat "beban", supaya
mereka tidak mengalami stres berkepanjangan. Misalnya: bagaimana sikap
kita saat berhadapan dengan pasien yang menjadi tidak percaya diri
pascaamputasi kakinya karena kecelakaan lalu lintas? Setelah amputasi
biasanya pasien merasa tidak sempurna/cacat dan tidak
bersemangat/bergairah menjalani hidup. Untuk itu, kita harus
mendorongnya untuk bangkit lagi supaya tetap memiliki pengharapan. Atau,
bagaimana kita harus mendampingi seorang ibu yang dihantui oleh rasa
bersalah/berdosa terus-menerus setelah melakukan aborsi, padahal dia
melakukannya demi keselamatan nyawanya, karena ia mengidap penyakit
lever. Contoh lain: bagaimana kita harus bersikap ketika mendampingi
pasien yang mengalami penyakit terminal, yang merasa cemas dalam
menjalani hari-harinya dalam ketidakpastian, atau yang ketakutan karena
fakta kematian terbentang di hadapannya.
3. Pembimbingan.
Melakukan
penelaahan bersama (dengan pasien atau keluarganya) dengan tujuan
memahami kasus-kasus yang dialami pasien, yang biasanya tidak ada
hubungan dengan rumah sakit sekalipun, tetapi tetap perlu dibantu untuk
ditangani. Contoh: konseli yang mengalami perceraian, hamil di luar
nikah (dan ingin melakukan aborsi), dll.. Kehadiran kita sangat
bermanfaat untuk membantu konseli dalam melihat konsekuensi-konsekuensi
untuk mengadakan pertimbangan-pertimbangan moral.
4. Rekonsiliasi (Memperbaiki Hubungan).
Pasien
kerap kali memunyai perasaan telah menjadi beban bagi keluarganya, dan
keluarga sendiri sering merasa bosan mendengar keluhan tersebut.
Akibatnya, terjadi kerenggangan hubungan di antara pasien dan
keluarganya. Untuk itu, pelayan perlawatan pastoral berperan sebagai
media yang dapat "menyambung hati" antara kedua kubu tersebut. Kasus
lain: pasien pengidap TBC, lever, AIDS, dan penyakit kelamin, kerap kali
menjadi rendah diri (karena tahu penyakitnya itu termasuk kategori
menular atau susah sembuh), maka pelayan perlawatan "Pastoral Care"
perlu membantu pasien agar dapat memiliki kepercayaan diri lagi.
KEMAMPUAN MENDENGARKAN :
Syarat
utama agar kita dapat menjalankan perlawatan pastoral adalah kemampuan
mendengarkan pasien. Berikut ini, enam syarat yang harus
dimiliki agar dapat mendengarkan secara efektif.
- Menatap wajah lawan bicara sebaik-baiknya. Perlu melakukan kontak mata,
supaya orang yang diajak bicara merasa yakin sungguh didengarkan.
- Menunjukkan minat. Maksudnya kita nampak antusias terhadap persoalan yang tengah diceriterakannya.
- Memberi perhatian terhadap lawan bicara, tidak sibuk sendiri dengan HP
atau kegiatan lain. Singkatnya menyingkirkan segenap gangguan yang ada.
- Memahami segenap gejolak perasaan yang dialami oleh lawan bicara.
- Berempati (memiliki keinginan dan kemauan pendengar untuk berada atau masuk dalam situasi/kondisi yang dialami lawan bicara).
- Bersikap sabar, tenang, dan ramah, saat memberikan masukan/umpan balik.
"Lawatan Pastoral" sangat penting sebagai tanda keprihatinan, kasih, dan
perhatian kepada anggota dan keluarga yang sedang bergumul itu. Kalau
sakit masih agak baru, mungkin banyak orang yang ikut menengok; tetapi
kalau sudah cukup lama, semakin jarang orang melawatnya.
Oleh karena
itu, gereja sebaiknya memiliki program untuk melawat orang-orang sakit
ini. Mereka sangat membutuhkan kasih dan perhatian. Tidak perlu
berbicara panjang lebar. Tidak perlu nasihat. Cukup harapan, peneguhan,
doa, dan membaca firman Tuhan.