Minggu, 01 Februari 2015

Kerja Sama Antar Gereja.

Gereja mana yang paling benar? Gereja AA sangat bagus dalam pujian penyembahan, tetapi khotbahnya sangat dangkal dan lari dari konteks Alkitab. Gereja BB sangat bagus dalam penafsiran Alkitab tetapi kering di dalam pujian penyembahannya. Gereja AA dihadiri 5000 orang sekali ibadah, sementara gereja BB dihadiri hanya 50 orang. Tetapi kita tidak benar-benar tahu gereja mana yang jemaatnya paling dewasa secara rohani. Jadi gereja mana yang paling benar?
Sulit menjawabnya. Kita tidak ditempatkan pada posisi sebagai hakim. Tidak ada surat pengangkatan satu gereja menjadi hakim terhadap gereja lainnya. Pertanyaan, “Gereja mana paling benar?” adalah pertanyaan yang memposisikan kita sebagai hakim jika patokannya hanya berdasarkan pada bentuk ibadah, isi khotbah, jumlah jemaat, dan musik yang digunakan. Patokan kebenaran adalah keyakinan Gereja pada Alkitab sebagai Firman Allah dan Tuhan Yesus sebagai Juruselamat satu-satunya.
Entah suatu gereja berjemaat 20.000, 5000, 1000, 50 atau 10 orang, entah suatu gereja memakai 20 jenis alat musik atau hanya satu, entah suatu gereja mengutamakan khotbah yang sangat ketat dalam aturan penafsiran, ataupun lebih topikal dan alegoris (sekalipun seharusnya aturan penafsiran diperhatikan), pertanyaan yang perlu diajukan adalah “Apakah gereja tersebut sedang menjalankan misinya sebagai Gereja?”

Gereja ada sebagai utusan Tuhan untuk memberitakan Kabar Baik. Gereja ada untuk menjadi kesaksian dan sarana saluran kasih dan rahmat Allah kepada manusia melalui Tuhan Yesus Kristus. Gereja juga ada untuk mempengaruhi kehidupan manusia dalam semua aspeknya. Gereja ada untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat agar memiliki kehidupan politik, ekonomi, sosial, budaya yang lebih baik dan berkenan kepada Allah. “Sejauh mana suatu gereja dengan ciri khasnya masing-masing menjalankan misinya?” adalah pertanyaan yang lebih tepat untuk diajukan.
Gereja tidak dipanggil untuk saling bertengkar. Gereja tidak dipanggil untuk menutup diri. Tetapi keberadaan Gereja seharusnya memberi dampak bagi kehidupan spiritualitas jemaat, bagi kehidupan masyarakat sekitarnya, dan bagi dunia yang masih belum mengenal Kristus.
Untuk mencapai misi tersebut, Gereja tidak pernah dimaksudkan untuk berdiri sendiri-sendiri dan terpisah. Gereja digambarkan sebagai sebuah tubuh. Anggota-anggota tubuh itu saling terkait dan mendukung. Ini berarti gereja lokal bekerja sama dengan gereja lokal lainnya untuk meningkatkan spiritualitas umat, mempengaruhi kehidupan masyarakat, dan menjadi saksi bagi anugerah keselamatan Allah.

Tiap-tiap gereja lokal perlu perlu melihat dirinya sebagai bagian dari Gereja secara keseluruhan. Inilah yang dilakukan oleh rasul Paulus ketika dia memintakan sumbangan bagi jemaat yang sedang menderita dan berkekurangan di Yerusalem kepada jemaat yang memiliki kelebihan di Makedonia dan Korintus (II Kor 8). Ini perlu dilakukan agar terjadi “keseimbangan” antara yang berlebihan dan yang mengalami kekurangan yang tidak disebabkan karena kemalasan.
Kerja sama antar gereja lokal bisa dilakukan dalam berbagai tingkat dan bentuk. Kerja sama antar gereja-gereja lokal sekota adalah bentuk kerja sama yang cukup realistis untuk dilakukan. Bentuknya bisa berupa kerja sama dalam doa sekota, pelayanan kepada masyarakat miskin, pelayanan kepada anak-anak jalanan, pembangunan panti asuhan dan gedung sekolah secara bersama-sama, dan kerja sama lainnya.
Kerja sama ini bisa diperluas kepada tingkat nasional hingga dunia. Gereja-gereja lokal bisa mendukung yayasan-yayasan misi di seluruh dunia, mengutus misionaris ke daerah-daerah atau negara lain, terlibat dalam doa nasional dan internasional, serta memberi bantuan-bantuan dalam berbagai bentuk sumber daya kepada daerah yang kekurangan. Ketika mengirim utusan misi ke negara lain, sang utusan tidak perlu mendirikan gereja dengan nama denominasi pengutusnya tetapi menjadikannya sebagai gereja lokal baru yang dipimpin oleh orang lokal. Ketika mengirim utusan ke wilayah lain di Indonesia, gereja bisa bekerja sama dengan gereja lokal yang sudah ada dengan cara memberdayakan dan mengembangkan sumber daya di sana.

Jika masing-masing gereja lokal sadar akan panggilan dan posisinya bersama gereja-gereja lainnya secara universal, maka tidak perlu lagi ada pertanyaan, “Gereja mana yang paling benar?” Tetapi yang lebih krusial adalah seperti yang seseorang katakan tentang Gereja, “Gereja yang akan hidup adalah gereja yang memenuhi tanggung jawab utusan Injilnya.”

Pf. 2 Juni 2012 pukul 9:25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.