Wahyu 3:14 "Dan tuliskanlah kepada malaikat
jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar,
permulaan dari ciptaan Allah:
Sekilas kedengarannya aneh apabila ada “Gereja
Tanpa Yesus Kristus”. Namun, itulah kiranya yang terjadi pada sidang jemaat di
Laodikia. Kota makmur, kaya raya yang tekenal dengan industri garmen, obat
mata, dan perbankan. Namun, kelimpahan materi tidak jarang membutakan mata
rohani dan menumpulkan mata hati, sehingga dalam praktiknya, jemaat Laodikia
dan warganya malah memuakkan Tuhan.
Ngerinya, mereka merasa nyaman dengan kondisi
itu. “Perkenanan Tuhan” diukur dengan kekayaan material sementara kiprah keseharian
sebagai jemaat semakin jauh dari mempertuhan Kristus! Mengggunakan gambaran
yang dikenal masyarakat Laodikia (yang langka air sehat), tuhan mengungkapkan
kemuakan-Nya terhadap mereka.
Wahyu 3:15-16
Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin
dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!
Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak
dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
Dalam keadaan seperti itu, seakan-akan Kristus
sendiri berdiri di luar jemaat, “berdiri di muka pintu dan mengetok”.
Wahyu 3:20, Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok;
jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk
mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama
dengan Aku.
Gambaran ini menunjukkan kenyataan yang
menyedihkan: Raja Gereja, yang berkuasa penuh atas segenap ciptaan Allah (ayat
15b), tidak diakui lagi otoritas-Nya dalam kiprah bergereja orang-orang
Laodikia.
Yesus Kristus mungkin masih dipuja sebagai Tuhan
dalam kebaktian dan persekutuan, nama-Nya masih digunakan dalam doa-doa, tetapi
otoritas-Nya tidak berlaku dalam segala aktivitas gerejawi lainnya, juga
kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan, dan sebagainya. Jemaat Laodikia ingin
menjadi otonom, tidak lagi bergantung pada Kristus, dan enggan hidup di bawah
firman dan bimbingan Roh-Nya.
Tuhan tidak berkenan akan keadaan tersebut.
Dengan mengatakan bahwa diri-Nya “Amin, Saksi
yang setia dan benar, permulaan (sumber, kepala) dari ciptaan Allah”, Ia sedang
mengontraskan diri-Nya yang benar (Amin) dan dalam peran-Nya sebagai Saksi
Allah, Dia setia dan benar. Karena itu, Dia mengklaim otoritas-Nya atas jemaat
Laodikia, sebagai Pemilik sah Gereja! Ia mencela, tetapi juga memanggil jemaat
Laodikia untuk bertobat.
Renungkan:
Peringatan-Nya sangat keras, namun bersumber dari
kasih-Nya. Karena kasih itu pulalah Dia marah, namun kemarahan-Nya bermaksud
membawa umat-Nya kembali ke jalan yang benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.